Profil
Ujang Kosasih, Pernah Jadi Kuli Bangunan
- Detail
- Diterbitkan pada Minggu, 28 September 2014 18:41
- Ditulis oleh Andry
- Dilihat: 33491
Kuningan Terkini - Anggota DPRD Kabupaten Kuningan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kuningan, H Ujang Kosasih MSi ternyata memiliki cerita menarik dalam kehidupannya sebelum menjadi anggota Dewan. Politisi PKB yang menjabat kedua kalinya sebagai abggota DPRD Kuningan ini pernah menjadi buruh kuli bangunan. Berbekal perjuangan dan tekad yang kuat, pria asal Desa Dukuhtengah, Kecamatan Maleber ini akhirnya bisa terpilih menjadi anggota DPRD Kuningan, bahkan untuk yang kedua kalinya.
“Untuk menapaki jabatan sebagai anggota dewan bukanlah hal yang mudah. Perlu perjuangan keras dan pengorbanan, baik tenaga, harta maupun pikiran,” katanya kepada Kuningan Terkini, Minggu (28/9/2014).
Sebelum menjadi anggota Dewan, dirinya pernah mengalami makna sulit dalam hidup, hingga saat lulus Sarjana S1 dirinya sempat bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Pahit getirnya hidup sudah dirasakannya sejak zaman masih kuliah. Bahkan setelah lulus dan jadi Sarjana, Ia sempat mengalami kebingungan mau kerja apa.
“Akhirnya, saya ikut teman untuk bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta beberapa bulan. Tapi bagi saya itu pekerjaan sangat dinikmati, meskipun memang cape,” ungkapnya.
Saat bekerja sebagai kuli bangunan sambung Ujang, dirinya mendapat perhatian khusus dari pimpinan proyek kala itu karena bisa mengetik, ditambah lagi lulusan sarjana. Ia pun lalu menjadi staf khusus di perusahaan kontraktor tersebut. Selain itu, Ia juga pernah jualan rokok dan mie rebus di Jakarta. “
Pernah juga menjadi Guru MI (madrasah Ibtidaiyah) dan guru SMP di Maleber. Baru setelah itu saya aktif sebagai pengurus PKB sebagai Ketua Ranting, lalu Ketua PAC, pengurus DPC dan akhirnya menjadi Ketua DPC PKB. Dari situlah saya berangkat mencalonkan diri dan sekarang kembali terpilih menjadi anggota DPRD Kuningan yang kedua kalinya,” ulasnya.
Khusus berbicara PKB dan karir politiknya di DPRD, pria yang lahir di Kuningan pada 8 April 1964 ini mengungkapkan, PKB merupakan satu-satunya partai bercorak Islam namun nuansanya nasionalis kebangsaan yang mampu mempersatukan umat tanpa melihat latar belakang suku, budaya ataupun agama.
“PKB dimata saya tidak hanya sebagai partai politik semata, tapi PKB juga adalah lembaga yang membukakan mata hati saya untuk lebih dalam lagi memahami ideologi aswaja (ahlussunah waljamaah),” ujar Ujang.
PKB terang Ujang, telah membentuk kepribadiannya. Kenyamanan bathin dan barokah selalu dirasakannya, bahkan senantiasa dekat dengan kalangan pesantren dan para Kiyai NU.
“Yang jelas, hingga saat ini yang jadi guru besar kiyai dan guru besar PKB adalah KH Abdurahman Wahid alias Gusdur. Walaupun beliau sudah tidak ada, tapi bagi kami beliau masih memberikan bimbingan dan nasehatnya kepada kami dengan banyaknya petuah yang telah disampaikan saat beliau masih hidup,” pungkasnya.(AND)